Dahulu kala, ada seorang raja yang terkenal serakah, kejam, bengis dan sombong. Setiap perintah
kepada rakyatnya senantiasa menggunakan kekerasan. Tidak pandang bulu, apakah perintah itu kepada anak-anak, orang tua, wanita dan pria. Bagi rakyat yang menolak perintahnya maka akan dihukum seberat-beratnya
Setiap hari, Sang raja senantiasa mengumbar nafsu angkara. Apa yang diinginkannya harus terpenuhi. Sikap serakah sang raja membuat rakyatnya hidup sengsara. Bahkan seluruh kekayaan alam di wilayah kerajaan terkuras habis demi memenuhi ambisi sang raja. Pepohonan di hutan dan hewan-hewan nyaris punah ditebang dan dibunuh sang Raja.
Kondisi alam yang semakin memprihatinkan ini membuat para hewan penghuni hutan segera mengambil sikap. Mereka segera berkumpul untuk mengantisipasi kerusakan hutan yang lebih fatal yang diakibatkan ulah sang raja.
"Kita tidak boleh membiarkan tingkah sang raja yang semena-mena, kawan," kata sang Monyet. "Kalau dia dibiarkan terus membabat pepohonan di hutan maka kita bisa kelaparan karena kekurangan bahan pangan."
"Benar, kawan." jawab si Beruang. "Akibat pepohonan dibabat Raja maka sumber air minumku mulai kering. Jadi aku sulit mendapatkan air minum lagi."
"Hidup kita juga semakin terancam. Sang raja tidak segan-segan melampiaskan nafsunya dengan menembaki kita dengan senapannya. Jadi kita semakin tidak bebas bermain di hutan." kata burung pipit.
"Benar...benar...benar...sang raja semakin kejam...dia semakin bengis...dia semakin semena-mena...dia semakin sombong...dia semakin mengancam kehidupan kita...kita harus segera mengambil sikap....," seru hewan-hewan yang lain.
"Bagaimana kalau sang raja kita kudeta saja...kita ganti dengan raja yang baru !"
"Hush....masalah penggantian raja bukan wewenang kita...kita juga tidak ada kekuatan untuk bisa mengkudeta sang raja....." teriak pak Harimau.
"Lalu...apa tujuan kita melakukan pertemuan ini kalau kita tidak bisa mengambil tindakan? Wah percuma dong kita melakukan pertemuan hari ini?"
"Jangan begitu kawan, tujuan kita berkumpul ini selain untuk bersilaturahmi dan sekaligus mengantisipasi sikap sang raja," kata sang Kuda.
"Bilang saja kamu takut menghadapi sang raja, kawan. Jadi jangan bertele-tele dalam berbicara !!!"
"Sejujurnya kami semua takut dengan sikap kejam dan semena-mena sang raja. Selama ini semua rakyat tidak ada yang berani memprotes tindakan sang raja. Oleh karena itu, barangkali ada di antara kita yang berani bersikap maka kami sangat berterima kasih. Ayo siapa yang berani menjadi sukarelawan?"
Namun seluruh hewan tidak ada yang berani bersuara lagi. Semua terdiam. Mereka sadar bahwa selama ini memang tidak ada di antara mereka yang berani menentang sikap sang raja.
Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh seekor nyamuk yang memberanikan diri menjadi sukarelawan untuk melawan sikap sang raja.
"Ngiingg...ngiiingg...ngiing...aku siap menjadi sukarelawan untuk menghentikan kesombongan sang raja !" teriak si Nyamuk.
Semua hewan keheranan. Semua pandangan tertuju ke arah tubuh kecil si nyamuk yang hinggap di dahan pohon. Banyak hewan yang mencibir keberanian si nyamuk. Ada sebagian hewan malah meremehkan keberaniannya dan menganggap si nyamuk hanya mengolok-olok mereka saja. "Mana mungkin tubuh sekecil dia bisa melawan sang raja yang terkenal kejam dan sombong. Banyak hewan yang bertubuh lebih besar dari si nyamuk saja takut menghadapi si raja."
"Huahahahahaha...huahahahaha...huahahaaa...apa katamu? Mau melawan sang raja? Huahhahaha..huahaha...huahahhha." kata beberapa hewan sambil tertawa terbahak-bahak karena menganggap si nyamuk cuma berolok-olok saja.
"Aku serius, teman," kata si nyamuk.
"Sudahlah, kawan...kamu jangan mengolok-olok kita. Kami yang bertubuh lebih besar dari kamu saja ketakutan menghadapi sang raja kok kamu yang bertubuh kecil mau menjadi sukarelawan...."
"Lho ...aku serius, teman-teman," lanjut si nyamuk berusaha meyakinkan hewan-hewan yang lain. "Bukankah kalian telah putus asa dan tidak sanggup menghadapi ketidakadilan sang raja. Tetapi kenapa ketika ada salah satu temanmu yang berusaha mencoba menjadi sukarelawannya tiba-tiba kamu meremehkannya. Kalian sudah bertindak tidak adil ! Seharusnya menghadapi persoalan ini kalian harus bersatu dan saling mendukung satu sama lain. Siapapun yang menjadi sukarelawannya jangan kalian meremehkan niat tulusnya. Pantas kita selama ini senantiasa mendapat perlakuan yang sewenang-wenang karena di antara kita tidak bisa bersatu dan lebih mementingkan urusan pribadi masing-masing."
"Benar sekali, kawan, kata si nyamuk," kata si kerbau. "Bukankah setiap makhluk ciptaan Allah swt senantiasa diberi kelebihan masing-masing. Setiap makhluk yang diciptakan Allah swt pasti ada gunanya walau sekecil apapun bentuknya. Sebaiknya kita beri kesempatan teman kita untuk menghadapi sang raja. Kita semua tentu tidak tahu apa kelebihan yang dimiliki si nyamuk."
"Setuju...seetuju...setuju...baiklah kita beri kesempatan si nyamuk untuk melakukan tugasnya."
"Terima kasih atas kepercayaan kalian, teman-teman," kata si nyamuk sambil terbang tinggi menuju tempat kediaman sang raja. Karena tubuh si nyamuk relatif kecil sehingga dalam sekejap semua teman-temannya tidak melihat tubuhnya lagi.
Si nyamuk terus mempercepat terbangnya menuju kerajaan. Suara kibasan sayapnya terdengar keras : "ngiinnggggg...ngiiinggg...ngiiiinggg....ngiiing...ngiiiiiinnggg." Ketika telah sampai di kerajaan, dia hinggap di atas atap sambil mencari keberadaan sang raja.
"Wah rupanya sang raja sedang tidur nyenyak," kata si nyamuk dalam hati. "Baiklah kebetulan, aku akan melaksanakan tugasku." Lalu si nyamuk terbang hinggap ke tubuh sang raja. Kemudian si nyamuk menusuk ke beberapa bagian tubuh sang raja dengan mulutnya dan beberapa virus demam berdarah ikut masuk ke dalam tubuh sang raja. Setelah menyelesaikan tugasnya, dia terbang menjauh untuk menemui teman-temannya lagi.
"Hoiii..kamu sudah datang, teman?" tanya di monyet kepada si nyamuk. "Lalu apakah kamu sudah mengalahkan sang raja?"
"Aku sudah melaksanakan tugasku, teman-teman," jawab si nyamuk. "Namun kalian harus sabar dan menunggu beberapa hari lagi. Kalian tentu akan melihat hasilnya."
"Apa?!!! masih harus menunggu beberapa hari lagi? Wah bisa-bisa kita semakin menderita karena sang raja akan membabat habis hutan kita. Saya kira kamu bisa mengalahkan sang raja saat ini juga. Yaaaaaa...sama saja bohong kamu!" demikian gerutu beberapa hewan yang merasa tidak puas dengan tugas si nyamuk.
***
Keesokan harinya, seluruh rakyat mendengar pengumuman bahwa sang raja sakit demam hebat. Tubuhnya senantiasa panas tinggi dan sesekali kedinginan. Sang raja tidak bisa beranjak dari tempat tidurnya. Para pengawalnya tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka hanya bisa melihat sang raja senantiasa menggigil di dalam selimut yang tebal. Tidak ada tabib yang sanggup menolongnya. Mereka awam dengan penyakit yang sedang dialami sang raja. Selama tiga hari sang raja menderita sakit dan akhirnya karena demamnya semakin meninggi dan dari mulutnya keluar darah akhirnya nyawa sang raja tidak bisa tertolong.
"Sang Raja wafat...sang raja meninggal...sang raja yang sombong telah tiada...horeeeee...horee....," demikian terdengar teriakan dari rakyat dan para hewan sambil berlarian di sekitar kerajaan. Ternyata sang raja mengalami demam berdarah akibat gigitan nyamuk beberapa hari yang lalu.
Seluruh hewan akhirnya tahu bahwa semua kejadian ini tentu akibat kerja si nyamuk beberapa hari yang lalu. Mereka akhirnya mengakui bahwa ternyata si nyamuk walau tubuhnya kecil namun memiliki keistimewaan yang sanggup melawan sang raja yang kejam, bengis dan sombong. Mereka akhirnya sadar bahwa menilai teman itu jangan dilihat dari bentuk fisiknya. Setiap makhluk ciptaan Allah swt pasti memiliki kelebihan dan kepandaian yang tidak bisa ditiru oleh makhluk yang lain. Jadi hargailah kepandaian yang kita miliki.
selesai,-
moral cerita : menilai teman jangan dilihat bentuk fisiknya. Setiap makhluk ciptaan Allah swt pasti
memiliki kelebihan dan kepandaian yang tidak bisa ditiru makhluk yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar